Kamis, 06 Mei 2010

BISNIS Burung.




 
Lie Lie, 41 tahun, tekuni bisnis burung kicau yang telah dilakoninya selama dua tahun mampu memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya. (FOTO Julianus Ratno/ Equator)
Oleh : Julianus Ratno

PONTIANAK. Bagi penghobi dan peternak burung akhir-akhir ini, harga jual dan beli burung-burung kicau tertentu cukup menguntungkan. Ini menunjukkan dunia burung kembali bergairah.

Dunia burung tidak pernah murung. Selalu bergairah. Apalagi jika disemarakkan dengan tren burung. Misalkan, dalam satu bulannya, perlombaan burung diselenggarakan berkali-kali di banyak tempat.

Bisnis inilah yang saat ini sedang digeluti Lie Lie, 41. Bagi dia, bisnis burung kicau yang telah dilakoninya selama dua tahun mampu memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya.

“Bisnis yang saya jalankan ini berawal dari modal Rp 3 juta yang hanya mampu untuk membeli belasan ekor burung. Lama-kelamaan tempat usahanya mulai dilirik para pemain burung yang membeli, sehingga sampai saat ini usaha tersebut makin berkembang,” ungkap ibu dua anak ini dijumpai EQUATOR di tempat usahanya di Jalan Sei Raya Dalam, persis di samping Mapolda Kalbar.

Berdasarkan informasi yang diperolehnya dari relasi, Lie Lie menilai bisnis burung kicau, sebagai komoditas jual-beli memberikan efektivitas sasaran penjualan yang cepat dan praktis hemat tempat.

Efektivitas penghematan tempat, menurutnya memiliki keuntungan bila dibandingkan dengan beternak jenis unggas lain. Beternak unggas cenderung menjadikan lingkungan kotor. Terlebih apabila daerah peternakan kurang menunjang.

Sementara, lanjut Lie Lie, beternak burung tidak menjadikan lokasi peternakan sebagai kawasan kumuh. Beternak burung cukup ramah lingkungan dan tidak mengganggu kebersihan.

Bisnis yang dilakukannya hanya untuk keluarga. Uang hasil menjual burung hanya untuk membahagiakan keluarga, menyekolahkan anak, dan agar dapat hidup sejahtera. Untuk itulah, bisnis ini dijalani dengan tekun, jujur, dan memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan. “Saya memiliki prinsip jangan berbohong, memegang omongan, dan tidak mengambil untug besar. Dengan begitu, pelanggan akan ramai berbelanja di sini,” yakinnya.

Dalam memberikan pelayanan kepada tiap orang yang datang ke tempat usahanya, dia tidak mau membedakan pelayanan, sehingga pelanggan yang datang cukup banyak tiap hari. “Terkadang ada yang datang untuk curhat, membeli makanan burung atau voer dan ada yang hanya melihat-lihat. Semuanya kita layanani sama,” ujar Lie Lie.

Dengan begitu, katanya, orang akan semakin dekat.  Mereka akan percaya dengan barang yang akan dijual sesuai kondisi burung. “Jika sudah berkicau, dikatakan sudah berkicau, jika jantan, dikatakan jantan dan lainnya,” ucapnya.

Menurut Sugeng, selaku pemain lama dalam dunia burung, banyaknya selera permintaan burung rata-rata telah matang, berusia 1-2 tahun. Perawatannya pun mudah, bila pun sakit, burung cenderung hanya terkena flu.

Manisnya bisnis burung ini mendorong Lie Lie memilih beternak burung sebagai pilihan wirausaha yang sedang dirintisnya. Menurutnya, beternak burung kenari cukup menguntungkan, apabila jika ditinjau dari kenaikan harganya. “Penjualan burung dengan cara membeli burung dari pulau Jawa seperti Solo,” ungkapnya.

Dia menambahkan, bisnis burung harus memiliki keahlian dan keuletan dalam melihat karakteristik burung peliharaan. Dengan begitu, burung yang akan diboyong pembeli akan mapan dan andal.

Karena itu, dia mengatakan, pembeli hendaknya tidak melakukan hal-hal yang aneh terhadap burung di luar kebiasaan burung tersebut. Karena, ketika dibeli, burung yang kondisi gacor atau berkicau, setelah sampai ke rumah akan macet karena stres. (jul)

























































Flag Counter